Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Senin, 03 Desember 2012

RAHASIA DI BALIK LUMPUR PANAS PORONG SIDOARJO




Sedangkan kalimat yang diterjemahkan lima ratus tahun dalam ramalan Sabda Palon,  dalam bahasa jawanya berbunyi    Jangkep Gangsalatus tahun;  Wit ing dinten puniko,

LUMPUR PORONG DAN SASTRA JAWA
Oleh : Pujo Prayitno/Pen Sanjaya
Para Pujangga jawa pada jaman dahulu sebetulnya sudah memberi tanda bahwa akan terjadi bencana besar di Pulau Jawa yang termuat dalam Jangka Jaya Baya dan Sabda Palon Naya Genggong yang oleh masyarakat jawa sangat dikenal dengan istilah Sabda Palon Naya Genggong Nagih Janji atau akan bangkitnya Sabda Palon Naya Genggong dalam kurun waktu lima ratus tahun sejak dari runtuhnya kerajaan Majapahit.  Sebetulnya kalimat lima ratus tahun yang termuat dalam Jangka Jaya Baya Sabda Palon bisa bermakna lain, mengingat para Pujangga Jawa dalam menyusun kalimat, maknanya banyak yang disamarkan. Sedangkan kalimat yang diterjemahkan lima ratus tahun dalam ramalan Sabda Palon,  dalam bahasa jawanya berbunyi    Jangkep Gangsalatus tahun;  Wit ing dinten puniko,  dimana dalam kalimat tersebut yang dalam ilmu bahasa jawa ada istilah sandi asma yang di dalam kalimatnya bisa terselip huruf yang bisa menunjukan suatu hal atau suatu nama. Dari kalimat tersebut di atas terselip kata Janggala dimana Jenggala adalah bekas kerajaan yang pernah berada di Wilayah Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan bangkitnya Sabda Palon akan ditandai dengan adanya bencana besar yang bakal terjadi dipulau jawa termasuk di Wilayah Sidoarjo.
Sedangkan dalam kisah Sunan Kalijaga atau Raden Sahit dalam tugasnya untuk mengislamkan Raja braiwijaya setelah Majapahit runtuh yang pada saat itu Raja Brawijaya sedang berada di daerah timur pulau jawa dalam rangka akan menyusun kekuatan ke daerah Bali untuk menyerang kerajaan Demak maka sebelum hal itu terjadi Sunan Kalijaga atau Syech Melaya (Sehingga daerah Gilimanuk sekarang bernama Kecamatan Melaya) berusaha menghalangi bahkan berhasil mengislamkan Raja Brawijaya dan demi untuk lebih meyakinkan Raja maka Sunan Kalijaga merubah air biasa menjadi wangi sehingga yang dahulu daerah tersebut bernama Blambangan berubah menjadi bernama Banyuwangi yang ternyata air yang berbau wangi tersebut setelah  4 hari berubah menjadi berbau bacin sehingga Raja Brawijaya mengatakan yang termuat di dalam Serat Darma Gandul yang dalam bahasa jawanya berbunyi  “Sarak Rosul kanggo ing tanah jawa;  Mung patangatus Rong tahun; Patang kraton dji jawa”; dimana didalam susunan kalimat tersebut terselip kata Parong yang dalam bahasa jawa terbaca Porong  dengan Lumpur panas yang berbau tidak sedap saat ini, dikarenakan air yang berbau wangi berubah menjadi berbau bacin dan banger. Lumpur panas Porong pada akhirnya menjadi bencana terbesar di Indonesia dibanding dengan bencana yang lain, pelan tapi pasti.
Sedangkan dalam Jangka Jaya Baya Sabda Gaib (Jangka Jaya Baya Banyak jenisnya)  terselip kalimat  Sarta ing Madura Nagri, Meh Gathuk lan Surabaya,  Sakbibaripun tumuli, Wiwit dahuru lonlonan, saya lami saya ndadi.
Dari uraian tersebut di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa apabila Madura hampir menyambung dengan Surabaya dengan akan dibangunnya jembatan Suramadu, maka akan banyak terjadi bencana di Pulau jawa  serta apabila di Jenggala alias Sidoarjo tepatnya di Porong sudah mulai mengeluarkan Lumpur panas dan air yang berbau bacin maka mulai saat itulah Sabda Palon Naya Genggong Nagih janji dan akan menyebarkan Agama Budi di tanah jawa yang bagi orang kejawen hal tersebut bermakna akan bangkitnya Para Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Makam Sabda Palon bernama Makam Taralaya yang berasal dari kata Sastra Laya – Sastra = Ilmu, Laya = Mati yang bermakna matinya ilmu jawa). Sedangkan bagi sebagian kalangan Islam hal tersebut sebagai tanda akan bangkit dan berkembangnya Agama Islam Toriqot di tanah jawa, mengingat perjalanan Kesultanan mulai dari Mekah ke arah timur berdasarkan garis bujur terakhir berada di Jogjakarta sedangkan yang ke arah barat dan terakhir di Pulau Silsilia dekat Itali semuanya hancur, ini juga berarti bahwa kebangkitan Islam akan dirintis kembali dari tanah jawa (Makam Taralaya adalah  petilasan para penyebar Agama Islam yang berada di Trowulan = Sastro wulan = Ilmu Wanita atau juga ilmu damar jagad). Dan kesimpulan terakhir bahwa Lumpur panas di Porong ternyata sudah terbaca oleh kekuatan batin para pujangga jawa jaman dahulu sehingga dengan demikian akan sulit atau tidak bisa dihentikan dengan teknologi ataupun supranatural karena sudah masuk dalam jangka yang tertulis,  kecuali berhenti sendiri.
Sebetulnya bencana alam yang terjadi selama ini selain sudah termuat dalam ramalan, kebetulan juga para penyelenggara negara di Indonesia  dan sebagian besar rakyat Indonesia saat ini sudah menyalahi sumpah dan janjinya sendiri, sehingga Tuhan Yang Maha Esa secara langsung dengan kasih sayangNya memperingatkan Bangsa Indonesia walau dalam bentuk bencana. Kesalahan Bangsa Indonesia yang terbesar adalah mengaku setia pada Pancasila dan UUD 1945, tapi dalam pelaksanaannya Pancasila hanya sebagai slogan yang terlupakan. Padahal Pancasila adalah Dasar Negara dan apabila pondasi bangsa sudah dilupakan, maka apa yang akan terjadi terhadap bangunan yang berada di atasnya. Kesalahan yang kedua dengan adanya Sumpah Pemuda, akan tetapi dalam pelaksanaan system pemerintahannya menggunakan system Otonomi Daerah yang seolah-olah tidak ada persatuan lagi yang ada hanya rasa kedaerahan saja. Sehingga walaupun Bangsa Indonesia sudah melaksanakan Do’a lintas Agama dan Ruwatan massal yang selama ini telah dilaksanakan seolah tiada berarti. Bagaimana mungkin hal tersebut bisa berhasil jika kesalahan yang sama tetap dijalankan, sama saja dengan mengejek Tuhan, dan bahkan mungkin Tuhan akan terus mengingatkan dengan  cara adanya bencana yang lebih besar lagi sampai Bangsa Indonesia kembali pada sumpah dan janjinya sendiri dijalankan kembali (Idiologi Negara dijalankan kembali atau diganti total dengan segala resikonya). Hal tersebut sebetulnya sudah pernah disampaikan kepada penyelenggara Pemerintahan di Jakarta mulai dari Presiden, Mahkamah Agung, MPR dan DPR oleh Para Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tergabung dalam organisasi BKOK, bekersjasama dengan Javanologi, Yayasan Hondodento, Organisasi Marhaens Jawa Timur sebelum terjadinya banyak bencana, akan tetapi tidak pernah ditanggapi. Karena para penyelenggara Negara di Indonesia lebih mengikuti pendapat para Sarjana dari lulusan pendidikan formal dalam dan luar negeri, dan  telah melupakan nasihat para Sesepuh, Pinisepuh dan Para Filosof bangsanya sendiri dimana mereka sudah sangat matang dalam hal olah batin dan sangat ahli dalam menggali akar budaya bangsa demi menjaga ketentraman dunia. Bangsa Indonesia saat ini benar-benar telah kehilangan jati dirinya sendiri. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya…… Apakah kita akan bertanya pada rumput yang bergoyang ……………………. Atau kembali pada Dia Yang tiada Tuhan selain Dia.
 Sedangkan potongan Ramalan Jaya Baya, Sabda Palon dan Darma Gandul, sebagai berikut :
(Kalimat yg berhubungan dg Agama adalah kalimat Sastra yang bisa bermakna banyak)
CUPLIKAN JANGKA JAYA BAYA SABDA GAIB
Yang meramalkan bencana di tanah jawa berbentuk tembang macapat.
KINANTHI. (Salah satu jenis tembang Macapat)
Dene wontene dahuru, Saksampune hardi merapi,  Gung kobar saking dahara,  Sigar tengahira kadi,  Lepen mili Toya lahar,  Ngidul ngetan njog pasisir.
Myang amblese glacap gunung,  Sarta ing Madura Nagri, Meh Gathuk lan Surabaya,  Sakbibaripun tumuli, Wiwit dahuru lonlonan, saya lami saya ndadi.
CUPLIKAN RAMALAN SABDA PALON NAYA GENGGONG
Sabda Palon Naya Genggong bisa bermakna Ucapan pasemon yang bersifat langgeng yang berlaku di tanah jawa dan bisa bermakna Kyai Semar.
SINOM (Salah satu jenis tembang Macapat)
Sabda palon matur sugal;  Yen kawula mboten arsi;  Ngrasuka Agama Islam;  Wit kula puniko yekti;  Ratuning  Dang Hyang Jawi;  Momong maring anak putu;  Sagung kang para nata’  Kang jumeneng tanah jawi;  Wus pinasthi sayekti kula pisahan. (Yg dimaksud Agama Islam adalah System pemerintahan yg menggunakan dasar Agama Islam dimana sebelumnya menggunakan system Agama Hindu).
Klawan paduka sang nata;  Wangsul maring sunyo ruri;  Mung kula matur petungna;  Ing benjang sak pungkur mami;  Yen wus prapto kang wanci;  Jangkep Gangsalatus tahun;  Wit ing dinten puniko,  Kulo gantos kang Agami;  Gama Budha kulo sebar tanah jawi. (Yang dimaksud Agama Budha/Budi di sini adalah Agama yang tidak hanya berdasarkan hukum dalam Kitab tetapi juga menggunakan dasar Rasa – atau Agama yang dalam pelaksanaannya lebih halus ). Ajisaka Ha Na Ca Ra Ka Mukalis, Wong jawa kudu njawani, agomone budi pekerti sopan bicara, santun bahasa Budha aji, Hindu Aji, Kristen Aji, Konghuchu aji, Islam aji.
Janggala adalah nama kerajaan yang berpusat di Sidoarjo.
CUPLIKAN SERAT DARMA GANDUL
PANGKUR (salah satu jenis tembang Macapat)
Kang toya arum punika;  Pan ginanda gandane benger bacin;  Aor inggih raosipun;  Ponang toya binucal;  Sri narendra alon pangandikanipun;  Heh tah Sahid (Nama lain Sunan Kalijaga) wruhanira nagri;  Prabalingga benjing;
Kelangan prabawaneng angga;   Sarak Rosul kanggo ing tanah jawa;  Mung patangatus Rong tahun; Patang kraton dji jawa; Dungkap kraton lilima Agama santun;  Agama kawruh kang kanggo;  Pratanda gandaning warih. (Yang dimaksud Agama kawruh dan Sarak Rosul adalah suatu system Kerajaan  yang berdasar agama Islam setelah empat kerajaan berubah menjadi system Republik dengan dasar Pancasila dari hasil olah budhi/Budha para pelopor Bangsa hasil dari olah kawruh ).

Parong dalam bahasa jawa dibaca Porong
Sepanjang-Sidoarjo-Jatim, 19 September 2006


PEN SANJAYA
HP.085 648 .........